Kamis, 08 Oktober 2009

Kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang paling mencolok adalah bercocok tanam. Masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bercocok tanam karena didukung dengan kondisi geografis yang sangat baik. Terlebih lagi, di sekitar gunung berapi, masyarakat kebanyakan berprofesi sebagai petani karena keuntungan yang ditawarkan dari hasil pertanian sangat menjanjikan. Tentu saja, kegiatan tersebut dilakukan warga desa secara bergotong royong. Hal tersebut dapat kita lihat seperti pada gambar yang diabadikan di daerah Sleman,( lereng Gunung Merapi ) Jawa Tengah pada tanggal 29 Oktober 2008.
Kebiasaan mudik sudah menjadi tradisi kebanyakan masyarakat Indonesia pada saat menjelang hari raya lebaran. Kepadatan penumpang di pelabuhan, stasiun dan terminal merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga kita. 
Sama halnya yang terdapat pada gambar, kemacetan ini terjadi di sekitar daerah Majalengka yang disebabkan oleh keberadaan pasar tumpah. Kendaraan para pemudik yang saling serobot juga kian menambah parah kemacetan yang terjadi.



Salah satu kebudayaan yang paling menarik di Indonesia adalah wayang purwa. Tokoh wayang purwa yang diambil dari sebuah lukisan ini adalah wujud dari Semar. Dalam cerita pewayangan, Semar adalah dewa yang diturunkan ke jagad raya, yang sebelum berujud Semar adalah dewa yang berparas elok bernama Batara Ismaya. Tugas Semar Ngarcapada (Jagad) adalah membimbing para manusia keturunan dewa serta manusia berbudi luhur. Dalam ceritera pedalangan, Semar mulai mengasuh keturunan Dewa sejak zaman Prabu Pakukuhan sampai dengan zaman Parikesit juga putra dan cucunya pun masih diasuh oleh Semar. Semar sering mengamuk ke kayangan jika dewa berbuat tidak benar. Semua dewa di kayangan tidak ada yang berani dengan Semar.